Selasa, 17 Juli 2012

Merdeka? kata Siapa?!

Sahabatku, Benarkah bangsa kita sudah merdeka?
Kemerdekaan di bidang apa?

Mencengangkan saat diberikan fakta,
Indonesia sebagai Negara terkonsumtif ke-2 di dunia
dikalahkan oleh Singapura yang menduduki peringkat 1,
itupun karena konsumen terbesar di Singapura pun didominasi orang Indonesia

Sudahkah kita merdeka?
Saat negara lain siap untuk globalisasi dan mengekspor barang-barang ke seantero dunia
Kita sibuk mengimpor hampir semua kebutuhan dari luar negeri
Beras mengiimpor dari vietnam,
Buah-buahan mengimpor dari Newzealand
Bahkan kalau kita mau sejenak tersadar,
untuk masalah hajat hidup orang banyak pun kita masih di jajah oleh negara lain
Misalnya saja air minum dalam kemasan yang iklannya marak di televisi
diambil dari mata air bangsa Indonesia dengan omset 200 T per tahun
namun apa yang kita dapatkan?
orang sekitar yang mata airnya diperas habis kekeringan dan sulit mendapatkan air
Emas di freeport pun, kita hanya mendapatkan presentase kurang dari 10 % selama berpuluh-puluh tahun lamanya

Saat anak-anak di Jepang terbiasa merakit laptop dan robot
anak-anak Indonesia merengek untuk dibelikan laptop dan robot
Saat rumah-rumah di Cina merakit satu motor per hari
di saat yang sama, leasing-leasing untuk cicilan motor di Indonesia kebanjiran order

Seakan  kurang percaya jika  rakyat Indonesia dikatakan miskin
konser Justin Bieber dengan rate antara1-5 juta rupiah pun terjual puluhan ribu tiket
Pengguna Blackberry Indonesia pun salah satu terbesar di dunia
bahkan banyak produk hanphone yang melaunchingkan pertama kali produknya di Indonesia
Mengapa? karena mental konsumtif masih melekat pada jiwa-jiwa kita

belum lagi carut marut politik yang kental dengan budaya laten korupsi, kolusi dan nepotisme,
sampai seorang pengamat politik berseloroh, "Yang tetap menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke sampai hari ini bukanlah semangat heroisme, namun disatukan dengan ikatan korupsi yang menggurita. Bupati takut dibongkar kasusnya oleh gubernur, begitu juga gubernur yang takut dengan presiden".

Kaum muda yang tak jelas orientasi
tak siap berkompetisi, akhirnya mencari jalan cepat, singkat dan mudah untuk terkenal, gaya dan punya banyak uang
akhirnya, generasi instan pun menjamur.
Pelatihan yang menjanjikan cara cepat kaya pun menjadi diversivikasi komoditi
Lagu-lagu cengeng laku keras, program musik di TV tak sadar sudah menghabiskan separuh waktu hidup
Orang-orang kota yang seringkali terjangkit stres, program humor pun laris manis
sampai sulit kita pisahkan mana Ustadz, mana pelawak. Karena beberapa sudah beralih profesi demi kejar tayang

Sahabatku,
masih ada harapan untuk kita membangun bangsa ini
memaknai kemerdekaan sejati di mulai dari membangun karakter diri, membina keluarga, mengajak sahabat terdekat
semoga saja sampai ke neara dan dunia

Kuatkan diri dengan selaksa keimanan
Hiasi diri dengan selendang akhlaq
dan raih kemerdekaan diri dengan menjadi orang yang jujur
Jujur melihat kekurang diri, jujur mengakui kekurangan diri dan berusaha untuk terus belajar dan berlatih tiada henti
Yakinlah pada suatu saat, dimana kita bisa mengisi kekosongan dan kekeringan pemimpin
dengan karya nyata kita, yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Saya yakin Anda, saya dan kita semualah yang mampu mengubah nasib bangsa ini
dengan pertolongan dan bimbingan Allah subhanahuwata'ala

Jumat, 11 Mei 2012

INI JALAN DAKWAH YANG MUSTI DI TEMPUH....

Imam Hasan Al-Banna pernah berpesan, kalian tidak akan terkalahkan karena sedikitnya jumlah kalian, lemahnya sarana dan kurangnya alat-alat pendukung, atau karena banyaknya musuh kalian, berkumpulnya musuh-musuh menentang kalian. Mengapa…? Karena walaupun semua isi bumi ini berhimpun menjadi satu memusuhi kalian, niscaya mereka tidak dapat membahayakan kalian kecuali apa yang telah ditentukan Allah kepada kalian.
Tetapi ada satu sebab yang dapat menghancurkan kalian, dan menyebabkan kalian kehilangan segala-galanya yaitu, JIKA HATI KALIAN TELAH RUSAK, Allah tidak memperbaiki amal kalian, suara kalian telah terpecah belah dan saling bertentangan pendapat. Sebaliknya selama kalian bersatu, selalu menghadap Allah SWT, senantiasa mengikuti dan taat kepada-Nya, berjalan sesuai dengan manhaj yang diridhai-Nya, kalian tidak akan pernah merasakan lemah dan hina. Jadilah kalian sebagai umat yang paling tinggi. Allah akan selalu bersama kalian dan tidak akan menyia-nyiakan amal serta usaha kalian.
Subhanallah, pesan yang begitu mengena. Lemahnya semangat pasti senantiasa menghampiri kita, itu adalah hal yang biasa, yang luar biasa adalah, jika kita sadar, kemudian bangkit, dan tidak memberikan tempat sedikit pun pada setan untuk terus menggoda….
Satu lagi penggugah semangat jiwa, amat khusus untuk jiwa lemah seperti saya. Ku bersimpuh di halaman Allah, kusujudkan wajahku pada debu-Nya, tidak bisa ku sembunyikan hatiku dari pandangan Allah, tidak bisa, tetap ku ingin kembali pada-Nya….
Mulanya ku anggap mudah perjalanan ini. Dengan idealisme khas seorang remaja, kusambut hangat uluran tangan mereka yang ramah mengajakku. Pada awalnya, aku belum memahami sepenuhnya arti perjalanan ini. Begitu pun arti perjumpaan dengan Yang Maha Agung, yang konon merupakan puncak kebahagiaan manusia.
Agaknya kekurangpahaman ini menyebabkan banyaknya rekan seperjuangan ku yang mengurungkan niat. Atau mereka segera merasa letih, atau memilih jalan lain yang tampaknya lebih menjanjikan kemudahan. Namun aku tiada terganggu. Sementara jalan di hadapan ku semakin menanjak dan menyempit. Dan waktu pun terus berlalu…Aku dan lainnya terus melangkah terseret-seret. Hampir seperempat abad usiaku aku habiskan di jalan ini. Dan kini makin kupahami tabiat jalan yang telah kupilih.
Entah sudah untuk yang keberapa kali lutut ini bergetar. Nafas pun mulai tersengal. Kadang kujumpai seseorang berdiri di tengah jalan. Ia tampaknya tidak menyukai kehadiranku. Tapi aku harus melewati jalan itu. Dengan segenap kemampuan kuhadapi ia. Terkadang saudara-saudaraku tinggal diam, membiarkan ku berkelahi sendirian.
Entah berapa kali sudah aku tersungkur. Orang bilang aku terlalu ringkih untuk menuntaskan seluruh perjalanan. Tapi aku tidak mau peduli. Masih pekat kepercayaan ku, Ia yang akan kujumpai di sana senantiasa akan memberikan kekuatan gaib-Nya kepadaku.
Kini di hadapanku berdiri angkuh tebing terjal. Tanahnya coklat basah. Ada jalan setapak. Di pinggirnya ada semak-semak liar, yang menatap kami dengan masam. Sementara dari sudut mataku, dapat kutangkap adanya jalan lain yang jauh lebih mudah. Tak ada tanah licin yang menantiku tergelincir. Tak ada semak yang mengejek. Jalannya pun lapang dan teduh. Tapi aku tak mau menatap jalan itu. Kupertajam tatapanku ke arah tebing angkuh tadi. Samar dapat kulihat jejak-jejak kaki orang-orang sebelumku. Namun terkadang tak kulihat adanya jejak sama sekali.
Dan babak baru perjalanan pun kami mulai. Setiap langkah harus diperhitungkan dengan cermat. Salah pijak, hampir pasti akan tergelincir. Terpaksa kuakui kalau nyali ini agak menciut. Namun kututupi sedapatnya. Akupun harus melangkah naik.
Ah…seorang saudaraku tegelincir, tepat di sebelah ku! Kuulurkan tangan menahan lajunya. Tapi terlalu berat. Dengan pasti aku turut terseret. Namun ia tidak berusaha untuk turut naik. Sementara pijakanku pun semakin tak pasti. Dengan berat kuputuskan untuk melepaskan peganganku. Ia mengerti, ia ingin segera menuju jembatan yang memisahkan jalan kami dengan jalan lain yang lebih ramah, walau entah menuju ke mana….
Bahkan sempat kudengar kabar, terhentinya perjalanan salah seorang saudaraku yang dulu turut membimbingku melewati masa-masa awal perjalanan. Dan semakin banyak saja yang mengikuti jejak mereka!
Di setiap jalur yang kami tempuh, ada tempat-tempat peristirahatan sejenak. Tempat kami melepaskan segala keluh kesah dan keletihan. Biasanya Ia akan menurunkan pembantu-pembantu-Nya untuk menghibur kami, orang-orang yang mendambakan perjumpaan dengan-Nya. Di sini aku biasa menangis sejadinya. Menghimpun keberanian, guna melanjutkan langkah.
Rabbku, telah kupenuhi panggilan-Mu, membawa tubuh ringkih ini melewati jalan yang Kau kehendaki. Telah kucoba melepas segenap yang aku mampu untuk mengatasi beratnya medan yang menghalang. Telah coba ku atasi sedapatnya panasnya hari-hari kulewati.
Namun ampuni aku ya Rabbi. Betapa seringnya hamba tertegun ragu, untuk melanjutkan perjalanan yang panjang ini. Semuanya memang dikarenakan kelemahan hati ini yang masih saja berharap mencicipi kenikmatan duniawi.
Kini pun hati yang peragu ini masih diguncang gundah. Akankah Kau terima buah karya tangan lemah ini? Akankah Kau hargai, apabila saat ini hatiku masih juga mengharapkan wajah lain selain wajah-Mu? Jika masih juga kunanti senyum lain selain senyum-Mu? Juga masih kudambakan pujian selain dari pujian-Mu? Betapa semakin berat persangkaanku akan kesia-siaan amalanku, jika kuingat Engkau Maha Pencemburu!
Ada kudengar jalan lain yang jauh lebih sulit dari yang kini kutempuh. Orang-orang yang melewatinya adalah orang-orang perkasa, dengan nyali melebihi singa. Mereka mempertaruhkan segalanya, hatta nyawa sekalipun. Mereka meyakini dan merasakan, meregangnya nyawa dari jasad justru mempercepat perjumpaan mereka dengan sang Kekasih.
Ada terpikir olehku untuk melewati pula jalan itu. Namun aku cukup arif untuk menyadari, betapa diri ini tak layak disejajarkan dengan mereka. Siapakah aku ini, dibandingkan mereka yang senantiasa bersimbah peluh dan debu, untuk membuktikan kecintaan kepada–Nya? Betapa lancangnya aku mengukur diri dengan mereka yang menghabiskan malam-malamnya dengan sujud tersungkur, mengharapkan ampunan dan cinta-Nya. Dan aku pun harus bersabar…..
Kupandangi tanah datar di hadapanku. Di salah satu sisinya ada lembah yang terus menyatu dengan kaki gunung. Perlahan kudengar gemericik air kali. Kuseret langkah ke sana. Gemericik suara dedaunan dan teriakan serangga ilalang menemani kesunyianku.
Kulepas alas kaki. Hati-hati kumasukkan kaki ke beningnya air. Terus menuju ke tengah-tengah arus. Kuresapi dan kunikmati kesejukannya. Kuusap wajah dan kepala, dan segera kurasakan kesegaran yang luar biasa. Selanjutnya aku telah tertunduk di sebongkah batu besar di tengah-tengah kali.
Sejuta pikiran dan angan bersatu di benakku. Perjalanan panjang telah mengantarkanku kemari. Kuharap kesunyian tempat ini dapat meneduhkan gejolak panas di benakku.
Tapi sampai berapa lama aku berada dalam kesunyian seperti ini. Gunung diam di hadapanku justru mempertebal kebosananku. Kicauan burung yang ramai pun tak mampu menembus kekosongan hatiku. Kulihat sekelilingku… Sepi…
Aku harus segera berlari, kembali ke rombongan. Pesona tempat ini ternyata tak mampu mengobati hatiku yang sunyi. Aku harus bergabung bersama mereka, kembali melintasi semak berduri. Seraya terus menetapkan angan, akan suatu peristirahatan abadi. Akan suatu taman yang rindang, yang kaya dengan aneka buah, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai……
Ya Rabbi, walau berat kurasa, tetapkanlah kakiku di jalan dakwah ini…….. selamanya……

Sabtu, 28 April 2012

Thufail Al Ghifari

Surat Dari Garis Depan Perlawanan



Waktu tidak akan tunduk kecuali pada ia yang menantangnya
Telah sirna haus dahaga
Telah basah kerongkongan
Telah ditetapkan pahala sejati untuk mereka yang selalu terjaga
Di Jalan para pujangga peradaban nan mulia
Jalan para ksatria yang jabarkan ketegaran dengan semangat yang tak pernah lelah
Penerus warisan sejarah Robbani
Penjaga mutiara dari cinderamata para pahlawan
Pahlawan yang bertahan ketika nafsu terus berontak dan Setan terus menggoda
Bersama dunia yang terus berhias dalam belantara hawa
Yang sering juga membungkam sudut fitrah umat manusia

Kisah ini tentang kita kawan
Kita yang tegar dalam ujian peradaban
Kita yang selalu belajar bersama waktu yang terus berjalan
Kita yang merangkai kisah perjuangan kejayaan Islam yang tak boleh tenggelam
Hingga fajar keabadian menjelang
Maka jangan biarkan dirimu dibungkam
Menuju jalan–jalan kelam yang akan tumpulkan Azzam-mu

Dengarkanlah saudaraku
Suara–suara nurani yang tak dapat kau dustakan
Suara–suara yang bisikkan kerinduan para Mujahid
Irama peluru–peluru dari syahdunya panggilan Syahid
Menebar sayap perubahan dari warisan ketenangan jiwa
Yang sebenarnya

Dengarkanlah Saudaraku
Islam memanggil jiwamu
Islam memanggil jiwamu tuk kembali
Kembali pada bingkai garis kemuliaan para Syuhada
Kembali pada generasi Qur’ani yang istimewa
Yang wataknya tak dapat dipisahkan dari Al Qur’anul Karim
Yang cerminnya bertumbuh bersama originalitas kekasih Alloh teralim (Muhammad SAW)

Ya Alloh teguhkanlah hambaMu
Ya Alloh lindungilah hambaMu
Inilah jalanku

Perhatikanlah ummat ini
Berevolusi bersama para Murjiah dan topeng fiqud da’wah
Di ukir dari ijtihad para mutadzilah
Di leher para khawarij harokah
Ketika voting telah sugesti intisari islam
Diantara ta’limat dan arogansi shiffin para qiyadah
Tafsir dari garis tipis antara taklid dan “sami’na wa ‘atona”
(kami dengar dan kami taat)

Dan hari ini ada ratusan opportunis berlabel Ustadz
Setelah itu saling menganggap sesat
Lalu rumuskan bendera harokah diantara sekat pekat
Kesepakatan yang tak kunjung melekat
Lalu begitu mudah lupakan makna persaudaraan dari ultimatum dua kalimat Syahadat
Berapa banyak hal yang bisa kita sepakati?
Berapa banyak jidal dan penyakit hati?
Para maniak eksistensi yang berjibaku dalam bualan
Kader inti atau kader sempalan
Pengkhianat asholah perjuangan

Maka teguhkanlah
Energi persaudaraan Islam harus kembali dikokohkan
Rangkailah nafasmu dengan debu keIstiqomahan
Yang bahan bakarnya kau dapati di setiap makanan Yaumiyah
Imunisasi As Sunnah penjaga isyarat Syariat Sang Khalik yang takkan punah

Generasi jembatan harokah
Mikroba Jihad penerus butiran dakwah
Para pemilik hak waris Salsabilah
Penyelaras energi Ukhuwah
Yang dikokohkan dari tancapan Ma’rifatulloh dan syair Al Musthofa
Yang menembus sejarah peradaban yang dipenuhi kemuliaan Syurga

Hey jiwa–jiwa yang lelah
Budak dari dahaga hatimu yang kering kerontang terbodohi dunia
Bergeraklah dengan ketenangan hati
Seperti lebah yang tegas dan kokoh dalam jamaah yang Islami
Yang tanggung jawabnya menyeruak keseluruh lapisan umatnya
Yang mampu belajar dan mengajar
Butir–butir kaderisasi yang hanya memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik

Ya Alloh teguhkanlah hambaMu
Ya Alloh lindungilah hambaMu
Inilah jalanku

Saudaraku lihatlah bencana demi bencana datang silih berganti
Poraklah lagi negeri ini
Hilang sudah selera orang-orang untuk mengharap kembali
Sementara jiwa-jiwa nelangsa itu sudah sedari lama menanti
Berbaris memanggil manggil

Keluarlah–keluarlah saudaraku
Dari kenyamanan mihrabmu Dari kekhusyuan I’tikafmu
Dari keakraban sahabat–sahabatmu
Keluarlah-keluarlah saudaraku
Dari keheningan Masjid mu
Bawalah roh–roh sajadahmu ke jalan–jalan
Ke pasar–pasar ke majelis dewan yang terhormat
Ke kantor–kantor pemerintahan dan pusat–pusat pengambilan keputusan
Keluarlah–keluarlah saudaraku
Dari nikmat kesendirianmu
Satukanlah hati–hati yang berserakan ini
Kumpulkan kembali tenaga–tenaga yang tersisa
Pimpinlah dengan cahayamu kafilah nurani yang terlatih
Di tengah badai gurun kehidupan

Keluarlah–keluarlah saudaraku
Berdirilah tegap diujung jalan itu
Sebentar lagi sejarah akan lewat
Mencari aktor baru untuk drama kejayaan ini
Kebenaran hakiki untuk sebuah kehidupan yang abadi…
Usah kau bersedih
Jangan kau lelah dan putus asa
Kita bergerak karena Alloh dan RosulNya
Kita berjuang juga karena Alloh dan RosulNya

Onak duri dan lubang–lubang menghampar
Jangan biarkan kisahmu terdampar
Jangan biarkan langkahmu menjadi gentar
Tidakkah kau lihat buih–buih di atas lautan
Atau bintang–bintang dilangit yang tak terbilang
Namun tidak ada yang mampu menyingkap kegelapan
Selain matahari dan rembulan
Begitulah mutiara selalu menjadi mutiara
Walau berada di antara hipokritas yang coba bungkam nurani
Di saksikan sunyi disemangatkan kesedihan
Lalu di hibur dalam janji Sang pemilik waktu dan bumi

Ingatlah ! takkan bersatu debu dari Jihad Fii Sabilillah dengan Asap Neraka Jahannam.

Allohu Akbar wa lillah ilham

profil musisi thufail al-ghifari

Mengenal Islam Melalui Musik Underground



”Networks at work, keeping people calm
You know they murdered X
And tried to blame it on Islam
He turned the power to the have-nots
And then came the shot.”
Kalimat di atas merupakan penggalan bait lagu berjudul Wake Up milik Rage Against The Machine (RATM). Lagu-lagu yang dibawakan grup musik asal Los Angeles (Amerika Serikat) ini mengusung ramuan musik? punk, hip-hop, dan? trash . Penggemar ketiga aliran musik ini, terutama? punk dan? trash , mayoritas berasal dari komunitas? underground komunitas yang selalu diidentikkan mempunyai budaya yang negatif serta sedikit menyimpang dari norma-norma yang telah tertanam di masyarakat.
Terlepas dari semua stigma negatif ini, justru bagi seorang Richard Stephen Gosal, dari komunitas? underground inilah dia mulai tertarik untuk mengenal agama Islam lebih jauh. ”Saya suka sekali dengan (lagu-lagu) Rage Against The Machine. Bahkan, sampai sekarang saya menaruh respek meskipun mereka bukan orang Islam,” ungkap mualaf yang kini menggunakan nama Muhammad Thufail al-Ghifari.
Dari salah satu lagu yang dibawakan RATM, pria yang sejak remaja memang menyukai aliran musik? underground ini mengenal Malcolm X–tokoh mualaf kulit hitam Amerika Serikat yang memperjuangkan hak asasi kaum kulit hitam di negeri Paman Sam tersebut. Tidak hanya dalam lagu band RATM, nama Malcolm X juga Thufail temukan dalam lagu grup? hip-hop asal New York (AS) yang ia sukai, Public Enemy.
Rasa penasaran terhadap tokoh pejuang hak asasi manusia asal Amerika ini mendorong Thufail untuk mencari berbagai informasi mengenai kehidupan sang tokoh. ”Saya belajar banyak tentang dia. Dari Malcolm X ini kemudian saya mengenal Muhammad Ali dan Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.
Pada saat ia masih memeluk agama Kristen Protestan, kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai pendeta kerap mendoktrinnya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah gambaran orang yang suka berperang, main perempuan, memiliki jenggot, berasal dari suku kedar (anti- christ ), menyesatkan umat manusia dengan Alquran, dan pengikutnya akan binasa di neraka.
Dari salah satu literatur mengenai Malcolm X yang dibacanya, menurut Thufail, ada satu kalimat yang diucapkan sang tokoh kepada Muhammad Ali petinju legendaris AS yang membuatnya terkesan. Ketika Muhammad Ali mengecam kaum kulit putih yang menindas yahudi dan orang kulit hitam, Malcolm justru berkata, ”Di Makkah, saya lihat orang bermata coklat, biru, hitam serta berkulit putih, hitam, dan coklat semuanya duduk bersama.”
Kalimat yang mengungkapkan kekaguman Malcolm terhadap umat Islam tersebut, membuat ia semakin tertarik dengan Islam. Meski dididik dengan ajaran Kristen Protestan yang cukup ketat, agama Islam bukanlah sesuatu yang baru bagi Thufail. ”Sejak di SMP, saya banyak bergaul dengan teman-teman yang beragama Islam. Bahkan, di antara mereka banyak yang sering menggoda saya dan mengatakan kapan saya masuk Islam,” paparnya.
Dari belajar mengenai Malcolm, hingga suatu ketika Thufail merasa jenuh dengan kehidupan yang dijalaninya sebagai seorang penganut paham ateis. Kejenuhan yang sama pernah ia alami ketika masih memeluk Kristen Protestan. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Ketika di bangku SMP itulah ia mulai tertarik dengan buku-buku mengenai sosialisme dan komunisme.
Ajaran sosialisme dan komunisme ini di kemudian hari banyak memengaruhi pola pikir Thufail. Hingga akhirnya, saat duduk di bangku kelas 2 SMA (sekitar tahun 1999-2000–Red), ia memutuskan menjadi seorang ateis. ”Saya tidak mengimani lagi Yesus Kristus dan menganggap agama hanya membuat orang saling membunuh dan berperang.”
Tiga kali syahadat
Kejenuhan terhadap paham ateisme yang dianut Thufail, bermula dari fenomena? sweeping terhadap kelompok beraliran kiri di Tanah Air yang terjadi pada kurun waktu tahun 2000-2001 oleh kelompok Pancasilais. Ketika terjadi? sweeping itulah, ungkapnya, banyak tokoh PRD (Partai Rakyat Demokratik)–tempat Thufail pernah bergabung menjadi salah seorang anggotanya tidak bertanggung jawab terhadap penahanan simpatisan-simpatisan mereka yang berada di kelompok? underground di daerah-daerah.
”Para tokoh PRD ini menghilang, ada yang karena diculik dan ada yang bersembunyi. Di sini awal mula saya kecewa dengan yang dinamakan revolusi diri,” tukas vokalis band rock indie The Roots of Madinah ini. Rasa jenuhnya ini kemudian ia lampiaskan kepada seorang sahabatnya, sesama anak band di komunitas? underground . Walaupun memiliki pergaulan di komunitas? underground , menurut Thufail, sahabatnya ini tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslim untuk menunaikan ibadah shalat kendati saat itu ia sedang manggung.
Kepada sahabatnya ini, Thufail mengutarakan niatnya untuk masuk Islam. Bukan dukungan yang ia peroleh, justru larangan dari sang sahabat. Pelarangan tersebut, ungkapnya, karena sahabatnya itu tidak menginginkan keputusan dirinya untuk masuk Islam lebih karena faktor emosional sesaat. Sahabatnya ini menginginkan jangan sampai begitu ia masuk Islam terus di kemudian hari memutuskan untuk murtad. ”Menurutnya, saya tidak hanya akan kehilangan dia sebagai teman, tapi teman-teman yang lain bakal? nggak suka sama saya,” ujarnya mengenang perkataan sahabatnya kala itu.
Thufail tidak lantas menyerah. Kemudian, ia menemui teman-teman lainnya dari kalangan komunitas? underground yang beragama Islam. Dengan bertempat di pinggir jalan yang berada di Kompleks Perumahan Taman Kartini, Bekasi, Thufail mengucapkan syahadat di hadapan teman-temannya ini. ”Peristiwa itu terjadi tahun 2002 dan yang menjadi saksi saya ketika itu teman-teman yang memakai baju Sepultura, Kurt Cobain, dan Metallica.”
Keputusannya untuk masuk Islam membuat kedua orang tuanya marah dan mengusirnya dari rumah. Keputusannya ini, ungkap Thufail, juga berdampak terhadap penghidupan orang tuanya. Gereja yang selama ini menjadi tempat mata pencaharian ibunya terancam ditutup begitu mengetahui ia masuk Islam. ”Sampai-sampai mama itu menyembunyikan keislaman saya dari para jemaat.”
Tinggal di jalanan, setelah diusir dari rumah, ia jalani selama tiga bulan. Beruntung Thufail bertemu dengan seorang teman lama yang menawarinya untuk menjaga rumahnya yang sedang direnovasi. Selama menjaga rumah temannya ini, tidak hanya memperoleh tempat tinggal, ia juga mendapatkan jatah makan setiap hari.
Masalah muncul ketika renovasi rumah selesai. Thufail saat itu tidak tahu akan tinggal dimana. Namun, oleh ayah temannya ini dia ditawari pekerjaan di sebuah sekolah tinggi, tempat ayah temannya ini menjabat sebagai rektor. Dengan hanya berbekal selembar CV ( curriculum vitae ), ia lalu melamar dan diterima sebagai petugas? cleaning service dengan gaji sebesar Rp 600 ribu per bulan.
Ketika bekerja sebagai petugas? cleaning service , ia berkenalan dengan Ustadz Nur Hasan yang merupakan imam Masjid Baiturahim Perumahan Taman Kartini, Bekasi. Oleh sang ustadz, ia ditanya bersyahadat di mana. ”Ketika saya jawab di pinggir jalan, beliau bilang syahadat saya tidak sah. Akhirnya, saya baca syahadat lagi di Masjid Baiturahim,” ujarnya.
Sejak bersyahadat untuk kedua kalinya ini, menurut Thufail, mulai timbul keinginan untuk belajar membaca Alquran dan pengetahuan mengenai ajaran Islam lainnya. Kemudian, ia ketemu dengan seorang ustadz yang pada saat itu juga merupakan pengurus sebuah partai politik berideologi Islam. Pelajaran pertama yang didapatkannya adalah mengenai dua kalimat syahadat. ”Ketika itu semua anggota halakah disuruh syahadat lagi sama beliau. Jadi, syahadat saya tiga kali.”
Kendati sudah membaca syahadat hingga tiga kali, Thufail tidak langsung mempercayai adanya Allah SWT sebagai sang Maha Pencipta. Dia mulai meyakini keberadaan Allah SWT, justru ketika dirinya diizinkan untuk bertemu dengan sesosok makhluk gaib untuk pertama kalinya. ”Setelah bertemu dengan sosok gaib ini, saya mulai berpikir secara logika bahwa segala sesuatu di bumi ini pasti punya dua sudut pandang, ada benar dan salah, ada hitam dan putih. Begitu juga, ada benda dan yang menciptakan benda tersebut,” paparnya.
Setelah memeluk Islam, ia mendapatkan ketenangan batin yang tidak pernah diperoleh sebelumnya. Di samping itu, ia merasa lebih optimistis dalam menjalani kehidupan dan lebih bisa mensyukuri hidupnya. ”Ketika saya menaruh hukum Allah SWT di atas segala apa pun, saya tidak takut mati, tidak takut miskin, tidak takut lapar.”
Keinginannya saat ini, menurut Thufail, adalah bagaimana ajaran Islam tidak hanya bisa dinikmatin di Masjid, tetapi juga di lingkungan komunitas? underground . Diakuinya, hingga kini memang masih belum ada ustadz yang peduli dengan komunitas? underground ini. ”Ada banyak teman saya yang? tatoan , mabuk, tapi kalau bicara Islam diinjak-injak dia sudah? nggak mau dialog. Dia pasti akan ambil parang dan ditebas orang itu,” ungkapnya.
Karena itulah, melalui musik yang disuguhkannya bersama band? rock yang dibentuknya, The Roots of Madinah, dia mau merangkul para temannya yang Muslim yang ada di komunitas? underground untuk berhijrah. Aliran musik? rock yang dikemas dalam lagu-lagu bersyair religi Islami, ia harapkan juga bisa menjadi senjata untuk menghantam balik musik-musik Yahudi.
”Saya bikin musik ini supaya? ngebalikin orang Yahudi lagi. Mereka? kan ngancurin saya waktu dulu, membuat saya keluar dari Kristen dan menjadi ateis dengan musik,” katanya menandaskan.?
Biodata:
Nama Lahir: Richard Stephen Gosal
Nama Muslim: Muhammad Thufail Al Ghifari
Masuk Islam: 2002
TTL: Makassar, 11 Mei 1982
Aktivitas: Vokalis band? rock The Roots of Madinah, Muslim? Rapper , anggota Komunitas Islam? Underground Kolektif Berandalan Tuhan, dan ketua Divisi Pembinaan Lembaga Muhtadin Masjid Agung Al Azhar Blok M-Jakarta.

renungan nasyid thufail_alghifari - Ada Apa Gerangan

assalamu'alaikum..... semoga rahmat dah perlindungan Allah senatiasa selalu mengiringi setiap langkah kita... aamiin... eh, ngomong ngomong nie yaaa... dah pada denger nasyidnya thufail al-ghifari nggak??.. yang judulnya ada apa gerangan... masya allah... menggugah banget... tapi yaaaa... musik nya itu looh.. yang buat agak ganjil, nge-rock banget ... secara musik memang diharamkan syari'at.. tapi yang perlu kita garis bawahi dari syai'ir yang beliau buat itu adalah renungan beliau tentang penyebab berkah alloh nggak turun-turun... apakah mungkin akibat karena kemaksiatan yang kita buatkah..??.. karena keragu-raguan kita terhadap raham alloh.??. atoowww mungkin juga akibat prilaku pemimpin-pemimin negeri kita yang jauuuh dari syari'at.... tapi yang paling penting adalah, bagaimana kita sebisa mungkin untuk bisa menjalankan syari'at yang sudah di ajarakan baginda rasul.. karena itu lah salah satu faktor yang menyebabkan berkah alloh turun kepada hamba-Nya....

Ada Apa Gerangan


Jika Allah berikan makan burung-burung
mestinya negeri ini lebih hebat dari itu
Jika Allah naungi semua tumbuhan
harusnya negeri ini lebih teduh dari itu

Reff:
Ada apa gerangan
Adakah salahku menghambat semua keberkahan
Ada apa gerangan
Adakah raguku tutup semua keberkahan

Pada-Mu ya Allah kami gantungkan semua do'a
Dan ikhtiar niat kehidupan kami
Pada-Mu ya Allah harapan semua keberkahan
Tutunlah kami selalu berjalan dalam syariat-Mu

Pada-Mu ya Allah kami gantungkan semua do'a
Dan ikhtiar niat kehidupan kami
Pada-Mu ya Allah murnikan semua keberkahan
Jagalah kami selalu berjalan dalam syariat-Mu

Jika Allah berikan kenyang ikan dilautan
Mengapa masih ada dahaga di negeri ini
Jika Allah cukupi semut hingga singa di hutan
Pantaskah kita berharap pada selain Allah